Minggu, 07 Juni 2009

Solusio plasenta

Solusio Plasenta merupakan bagian dari perdarahan antepartum pada kehamilan tua. Batas teoritis antara kehamilan tua dan muda adalah 22 minggu, mengingat kemungkinan janin hidup di luar uterus. (1,2,3)

Pengawasan antenatal sebagai cara untuk mengetahui atau menanggulangi kasus-kasus dengan perdarahan antepartum memegang peranan terbatas. Mengetahui faktor-faktor predisposisi seperti umur ibu tua, multiparitas, penyakit hipertensi menahun. Pre-Eklamsia, tali pusat pendek, tekanan pada vena cava inferior dan defesiensi asam folik. (1,2,3,4,5)

Sehingga sebagai upaya untuk meningkatkan pengawasan terhadap kehamilan dengan faktor disposisi solusio plasenta di RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto sudah seharusnya mengetahui tolok ukur pelayanan yaitu angka kematian janin pada kehamilan dengan solusio plasenta.

II.A. Definisi.

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. (1)

Definisi tersebut di atas berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.

II.B. Klasifikasi.

Menurut derajat lepasnya plasenta (1,2,5) :

  1. Solusio plasenta partsialis.

Bila hanya sebagian plasenta terlepas dari tempat perlekatannya.

  1. Solusio plasenta totalis.

Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat perlekatannya.

  1. Prolapsus plasenta.

Bila plasenta turun ke bawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.

Menurut derajatnya solusio plasenta dibagi menjadi (3) :

  1. Solusio plasenta ringan.

Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginam berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.

  1. Solusio plasenta sedang.

Plasenta telah lepas lebih dari seperempat. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginam. Dinding uterus teraba tegang.

  1. Solusio plasenta berat.

Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan. Penderita shock.

II.C. Epidemiologi.

Di Indonesia kejadian solusio plasenta pernah di laporkan di RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 1968 – 1971 yaitu 2,1 % dari seluruh persalinan saat itu. (1)

Frekuensi solusio plasenta pada berbagai negara tidak sama, karena cara penyelidikan dan daerah lingkungan tidak sama pula seperti di Inggris 0,5 %, Amerika 0,73 % dan di RS Pringadi Medan dilaporkan berkisar antara 0,4 – 0,5 %.(2) Peneliti lain melaporkan solusio plasenta berkisar antara 0,49 – 1,8 %.(8)

II.D. Etiologi.

Sampai saat ini etiologi belum diketahui dengan jelas, keadaan tertentu dapat menyertai seperti umur ibu yang tua, multiparitas, penyakit hipertensi menahun, preeklamsia, trauma, pre-eklamsia, tali pusat pendek, tekanan pada vena kava inferior dan defisiensi asam folik. (1,2,3,5,6)

II.E. Patogenesis.

Terjadinya soliusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.(3,5)

Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan memutuskan lebuih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta. Karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin, uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban. (3,5)

II.F. Manifestasi Klinis.(3)

· Anamnesis

:

Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginam berwarna kehitaman yang sedikit sekali tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut.

· Pemeriksaan fisik

:

Tanda vital normal sampai menunjukkan tanda syok.

· Pemeriksaan obstetri

:

Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai atau tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.

II.G. Pemeriksaan Penunjang(3).

· Pemeriksaan laboratorium darah : Hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu perdarahan, elkektrolit plasma.

· Cardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.

· USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi dan keadaan janin.

II.H. Komplikasi.(4)

  1. Langsung (immediate)

- Perdarahan.

- Infeksi.

- Emboli dan syok obstetric.

  1. Tidak langsung (delayed)

- Couvelair uterus, sehingga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan post partum.

- Hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.

- Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia.

- Kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.

- Dan lain-lain.

II. I. Prognosis.(3)

· Terhadap ibu

Mortalitas menurut kepustakaan 5 – 10 %.

Hal ini karena adanya perdarahan sebelum dan sesudah partus.

· Terhadap anak

Mortalitas anak tinggi, menurut kepustakaan 70 – 80 %.

Hal ini tergantung derajat pelepasan dari plasenta.

· Terhadap kehamilan berikutnya.

Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta, maka kehamilan berikutnya sering terjadi solusio plasenta yang lebih hebat.

II.J. Penatalaksanaan.(3)

Penatalaksanaan solusio plasenta harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi :

clip_image002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar